Minggu, 17 April 2016

Makalah Struktur Atom



BAB I
PENDAHULUAN
1.1.  Latar Belakang
Materi teori atom bersifat abstrak dan tidak dapat diamati langsung oleh siswa. Kenyataan ini mengakibatkan siswa kesulitan dalam memahami konsep teori atom secara menyeluruh. Kebanyakan siswa menerima pembelajaran teori atom seperti mempelajari sejarah, atau sesuatu yang sudah ada dan harus mereka terima sebagaimana adanya.
Selama ini paradigma yang mendominasi pembelajaran teori atom di sekolah adalah teacher-centered, dimana guru melakukan proses transfer pengetahuan dengan berperan sebagai sumber informasi dan siswa sebagai penerima informasi. Hal ini menimbulkan asumsi siswa, bahwa untuk mempelajari teori atom mereka hanya perlu menyiapkan kapasitas memori yang cukup besar untuk menyimpan semua konsep-konsep yang dijelaskan oleh guru di kelas[1].
Atom merupakan bagian terkecil penyusun suatu materi yang tidak dapat dibagi lagi. Bagian dalam atom terdiri atas inti atom yang bermuatan positif dan negatif. Partikel dasar penyusun inti atom adalah proton dan neutron, sementara partikel dasar penyusun kulit atom adalah elektron.
Berdasarkan penelitian, banyak siswa yang belum mampu memahami konsep struktur atom karena kurangnya pembahasan yang lebih mendalam. Oleh karena itu, penulis ingin mengkaji tentang struktur atom lebih dalam seperti konsep-konsep dasar dan aplikasinya.


1.2.  Rumusan Masalah
1.2.1        Apa yang dimaksud dengan struktur atom?
1.2.2        Apa yang dimaksud dengan spektrum atom hidrogen?
1.2.3        Apa yang dimaksud dengan teori atom Bohr?
1.2.4        Apa saja kelemahan teori atom Bohr?
1.2.5        Bagaimana aplikasi teori atom Bohr?
1.2.6        Apa yang dimaksud dengan teori atom mekanika gelombang?
1.3.  Tujuan
1.3.1        Untuk mengetahui yang dimaksud dengan struktur atom
1.3.2        Untuk mengetahui yang dimaksud dengan spektrum atom hidrogen
1.3.3        Untuk mengetahui tentang teori atom Bohr
1.3.4        Untuk mengetahui kelemahan teori atom Bohr
1.3.5        Untuk mengetahui aplikasi teori atom Bohr
1.3.6        Untuk mengetahui yang dimaksud dengan teori atom mekanika gelombang


BAB II
PEMBAHASAN
2.1    Struktur Atom
“Tidak luput dari pengetahuan Tuhanmu biarpun sebesar dzarah (atom) di bumi ataupun dilangit. Tiada yang lebih kecil dan tiada yang lebih besar dari itu melainkan tertulis dalam kitab yang nyata” (QS Yunus: 61)
Satuan terkecil dari materi adalah atom. Semua atom terdiri atas komponen yang sama yaitu sebuah inti dan elektron[2]. Inti sebuah atom memiliki komponen didalamnya, yaitu proton dan neutron. Sedangkan elektron terus berputar mengelilingi inti atom karena muatan listriknya. Semua elektron bermuatan negatif (–) dan semua proton bermuatan positif (+) sedangkan neutron netral. Elektron yang bermuatan negatif ditarik oleh proton yang bermuatan positif pada inti atom. Sebagaimana firman Allah bahwa segala sesuatu yang diciptakan berpasang-pasangan. Hal ini tertuang dalam Qs. Adz Dzaariyaat : 49
adzariyat49.PNG
Artinya:
“Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah”
Elektron tidak meninggalkan inti, meskipun ada gaya sentrifugal yang terjadi akibat kecepatan elektron. Atom memiliki elektron di bagian luarnya sedangkan proton dalam jumlah yang sama di bagian pusatnya, sehingga muatan listrik atom berada dalam keadaan seimbang. Namun, baik volume maupun massa proton lebih besar daripada elektron. Walaupun demikian, muatan listrik total keduanya tetap sama besar[3].
2.1.1      Perkembangan Teori Atom
Pengembangan konsep atom-atom secara ilmiah dimulai oleh John Dalton (1805), kemudian dilanjutkan oleh Thomson (1897), Rutherford (1911), dan disempurnakan oleh Bohr (1914).
Hasil eksperimen yang memperkuat konsep atom ini menghasilkan gambaran mengenai susunan partikel-partikel tersebut di dalam atom. Gambaran ini berfungsi untuk memudahkan dalam memahami sifat-sifat kimia suatu atom. Gambaran susunan partikel-partikel dasar dalam atom disebut model atom.
2.1.1.1.     Model Atom Dalton
Dalton merumuskan bahwa Atom merupakan bagian terkecil dari materi yang sudah tidak dapat dibagi lagi. Suatu unsur memiliki atom-atom yang identik dan berbeda untuk unsur yang berbeda. Sementara itu menurut Dalton suatu unsur tidak dapat diubah menjadi atom unsur lain. Atom-atom bergabung membentuk senyawa dengan perbandingan yang sederhana.
Misalnya air terdiri atas atom-atom hidrogen dan atom-atom oksigen. Reaksi kimia merupakan pemisahan atau penggabungan atau penyusunan kembali dari atom-atom, sehingga atom tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan.


2.1.1.2.    Model Atom J.J Thomson
Thomson merupakan salah satu peneliti elektron mengemukakan model atom. Dalam model atom Thomson, atom dimodelkan terdiri atas bahan bermuatan positif dan elektron bermuatan negatif yang tersebar merata dalam muatan positif tersebut. Jadi, dalam model Thomson atom dimodelkan seperti roti kismis dengan elektron seolah-olah kismisnya dan muatan positif seolah-olah rotinya[4].
2.1.1.3.    Model Atom Rutherford
Adanya partikel alfa yang terpantul pada penembakan lempengan emas tipis dengan sinar alfa mengejutkan Rutherford. Partikel α yang terpantul itu telah menabrak sesuatu yang sangat padat dalam atom. Fakta ini tidak sesuai dengan yang dikemukakan J.J Thomson dimana atom digambarkan bersifat homogen pada seluruh bagiannnya (tidak mengindikasikan adanya bagian yang lebih padat).
Pada tahun 1911, Rutherford dapat menjelaskan penghamburan sinar α dengan mengajukan gagasan tentang inti atom. Menurut Rutherford, sebagian besar massa dan muatan positif atom terkonsentrasi pada bagian pusat atom yang selanjutnya disebut inti atom. Jarak dari inti hingga kulit atom disebut jari-jari atom. Ukuran jari-jari atom adalah sekitar 10-8cm, sedangkan jari-jari inti atom adalah 10-13cm. Jadi, sebagian besar dari atom merupakan ruang hampa. Bila diameter inti diibaratkan 1cm, maka penampang atom ibarat lapangan bulat dengan diameter 1km.[5]


2.1.1        Inti Atom
Inti atom merupakan kumpulan dari dua jenis nukleon (partikel penyusun inti), yaitu proton yang bermuatan positif dan neutron yang tidak bermuatan atau netral. Inti atom merupakan salah satu bagian dari atom yang bermuatan positif. Inti atom dikelilingi elektron yang bermuatan negatif.
2.1.1.3      Proton
Proton ditemukan pertama kali oleh Eugen Goldstein (1850-1930). Ia melakukan eksperimen dengan tabung sinar katode. Dari eksperimennya, Goldstein menemukan fakta bahwa apabila katode tidak berlubang, maka gas yang ada di belakang katode tetap gelap. Jika katode diberi lubang, maka gas yang ada dibelakang katode akan berpijar.
Bukti tersebut menunjukkan adanya radiasi yang berasal dari anode, kemudian menerobos lubang pada katode dan memijarkan gas yang ada dibelakang katode. Radiasi tersebut dinamakan dengan sinar anode atau sinar positif. Partikel yang berasal dari anode ternyata bergantung pada jenis gas dalam tabung. Partikel terkecil diperoleh dari gas hidrogen yang kemudian dikenal sebagai Proton. Ditemukan bahwa massa satu proton = 1837 x 9,11.10-8 gram = 1,673 x 10-24 gram.  Ukuran inti atom jauh lebih kecil dari ukuran atom itu sendiri dan hampir sebagian besar tersusun dari proton dan neutron.



2.1.1.4      Neutron
Pada tahun 1932, James Chadwick menemukan partikel dasar ketiga yang terletak dalam inti, yaitu neutron[6]. Neutrom tersebut didapat setelah ditemukan permasalahan bahwa jika hampir semua massa atom terhimpun pada inti (sebab massa elektron sangat kecil dan dapat diabaikan) ternyata jumlah proton dalam inti belum mencukupi untuk sesuai dengan massa atom jadi, dalam inti pasti ada partikel lain. Massa sebuah neutron adalah 1,675 x 10-24 gram, hampir sama atau boleh dianggap sama oleh massa sebuah proton.
2.1.1.5      Elektron
Elektron ditemukan oleh Joseph John Thomson pada tahun 1897. Dasar dari penemuan elektron ini adalah percobaan yang dilakukan Sir Humthry Davy pada tahun 1821, yang dikenal dengan percobaan hantaran listrik melalui tabung hampa.
Thomson membuktikan bahwa elektron merupakan partikel penyusun atom,bahkan Thomson mampu menghitung perbandingan muatan terhadap massa elektron (e/m), yaitu 1,759 x 108 Coulomb/gram. Jumlah elektron dalam suatu atom merupakan nomor atom suatu atom.



2.1.2        Kulit Atom
Kulit atom adalah lintasan elektron beredar mengelilingi atom. Peredaran elektron berada di dalam kulit lintasan yang berdiri dari beberapa tingkatan energi elektron. Tingkat yang paling rendah adalah kulit yang paling dekat dengan kulit atom, yakni kulit K. Kemudian tingkatan energi yang lebih tinggi lagi adalah kulit L,M,N,O, dan seterusnya.
Ada tujuh kulit elektron disekeliling inti atom. Pada setiap kulit terdapat elektron dalam jumlah tertentu. Mungkinkah pernyataan “tujuh langit yang digunakan dalam Al qur’an untuk menggambarkan lapisan-lapisan yang membentuk langit, dimaksudkan juga sebagai kulit elektron yang seakan-akan menjadi langit dari atom[7]. Hal tersebut terdapat dalam Qs Al Mulk : 3
al mulk 3.jpg
Artinya:
“Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang?”
Menurut hukum Pauli, jumlah elektron yang terdapat dalam kulit atom sesuai dengan rumus 2n2 dimana n adalah nomor kulit. Untuk lengkapnya, perhatikan komposisi jumlah elektron dalam kulit atom pada tabel berikut!
Tabel 2.1.2 Komposisi Jumlah Elektron Dalam Kulit Atom
Nomor Kulit (n)
Kulit
Jumlah Elektron Maksimum Pada Tiap Kulit (2n2)
1
K
2 x 12 = 2 elektron
2
L
2 x 22 = 8 elektron
3
M
2 x 32 = 18 elektron
4
N
2 x 42 = 32 elektron
5
O
2            x 52 = 50 elektron

2.1.3        Nomor Atom dan Nomor Massa
Suatu atom memiliki sifat dan massa yang khas satu sama lain. Dengan penemuan partikel penyusun atom, dikenal dengan istilah nomor atom (Z) dan nomor massa (A).
2.1.3.3      Nomor Atom (Z)
Jumlah proton dalam suatu atom disebut nomor atom dan diberikan lambang Z. Nomor atom ini merupakan ciri khas suatu unsur, karena atom bersifat netral sehingga jumlah proton sama dengan jumlah elektronnya. Nomor atom juga menunjukkan jumlah elektron. Elektron inilah yang nantinya paling menentukan sifat suatu unsur.[8]
2.1.3.4      Nomor Massa (A)
Oleh sebab massa elektron sangat kecil, sehingga massa atom ditentukan oleh inti atom yaitu proton dan neutron. Nomor massa ditulis tegak keatas sebelum lambang unsur.
2.2    Spektrum Atom
Setiap unsur mempunyai spektrum yang unik. Garis-garis khas dalam spektrum atom dapat digunakan dalam analisis kimia. Bila garis-garis spektrum pancar dari unsur diketahui, maka identitas unsur dengan cepat ditentukan. Secara umum spektrum atom adalah berkas cahaya yang dipancarkan oleh suatu atom. Apabila atom dipanaskan sampai tidak memecah maka atom akan mengalami eksitasi atau atom dalam keadaan tidak stabil, maka atom akan berusaha kembali kekeadaan semula yang stabil sambil melepaskan energi yang kelebihan dalam bentuk cahaya.
Spektrum menghasilkan cahaya yang relatif sedikit komponen panjang gelombang yang biasa disebut dengan spektrum diskontinu atau spektrum atom (spektrum garis). Sedangkan spektrum yang terdiri dari banyak komponen panjang gelombang dikatakan spektrum kontinu.
Sejak ditemukannya metode spektroskopi untuk mempelajari unsur-unsur dalam alam, penelitian tentang unsur-unsur tersebut semakin pesat baik yang menyangkut penelitian dan pengembangan unsur itu sendiri maupun aplikasi dan manfaatnya pada kehidupan manusia. Salah satu aktivitas penelitian dan pengembangan terhadap unsur adalah menyangkut teknologi pengamatan spektrum yang dipancarkan.[9]
Setiap unsur mempunyai spektrum atom yang khas. Bisa diumpamakan sebagai sidik jari atom. Robert Bunsen (1811-1899) dan Gustav Kirchhoff (1824-1887) mengembangkan spektroskop pertama dan menggunakannya untuk mengidentifikasi suatu unsur. Pada tahun 1860, mereka menemukan unsur baru dan menamainya Cesium dalam bahasa latin berarti biru langit. Sebab pada unsur-unsur tersebut terdapat garis-garis biru yang khas pada spektrumnya. Mereka juga menemukan Rubidium pada tahun 1861 dengan cara yang sama dalam bahasa latin yang berarti merah tua. Dapat disimpulkan spektrum atom hanya terdiri atas sejumlah kecil garis dengan panjang gelombang yang terdeskripsi dengan baik[10].
Atom  juga dapat  menyerap atom yang memancarkan cahaya. Pada tahun 1864, Maxwell menyatakan bahwa cahaya adalah gelombang elektromagnetik, yaitu gelombang listrik dan magnet yang bergerak bersamaan menuju satu arah, tetapi dalam bidang gelombang yang saling tegak lurus. Menurut  Maxwell  gelombang elektromagnetik yang diuraikan menurut panjang gelombangnya disebut Spektrum. Berdasarkan daerahnya,spektrum sinar dapat dibagi atas sinar gama (0,2-10nm), sinar X (10-100nm), ultraviolet (100-400nm), sinar tampak (400-700nm), inframerah (700-20000nm).
Spektrum atom dapat dihasilkan jika cahaya melalui sebuah prisma contohnya seberkas cahaya matahari yang melewati prisma akan terurai menjadi tujuh warna: merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan lembayung[11].
2.3    Spektrum Atom Hidrogen
Spektrum atom yang paling banyak dikaji adalah spektrum atom hidrogen. Cahaya dari lampu hidrogen tampak oleh mata sebagai warna ungu kemerahan. Pada tahun 1913, tidak lama setelah penemuan Planck dan Einstein, fisikawan Denmark Neils Bohr memberikan penjelasan teoretis untuk spektrum pancar atom hidrogen. Cara penyelesaian Bohr sangat rumit dan tidak dianggap benar dalam semua aspek detailnya. Dalam atom hidrogen, dipercaya bahwa gaya tarik elektrostatik antara proton (diibaratkan matahari) yang positif dan elektron (diibaratkan planet) yang negatif menarik elektron ke dalam dan gaya ini diimbangi secara tepat oleh percepatan yang disebabkan oleh gerak melingkar elektronnya.
Model atom Bohr menyertakan gagasan tentang gerakan elektron dalam orbit melingkar, namun ia memasukkan syarat yang ketat. Tiap elektron dalam atom hidrogen hanya dapat menempati orbit tertentu. Karena tiap orbit memiliki energi tertentu, energi yang berkaitan dengan gerakan elektron pada orbit yang diizinkan harus mempunyai nilai yang konstan, atau terkuantitas.
Teori atom Bohr dapat menjelaskan terjadinya spektrum emisi dan absorbsi dari atom hidrogen, karena adanya transisi elektron dari satu orbit ke orbit yang lain. Untuk atom hidrogen elektron paling stabil bila berada pada n = 1 (pada keadaan dasar)  dan jika n > 1, akan kurang stabil, disebut keadaan tereksitasi, bila elektron kembali ke keadaan dasar akan dipancarkan energi. Suatu atom atau molekul dapat berada dalam keadaan tereksitasi karena pengaruh pemanasan atau listrik, dan akan kembali ke keadaan dasar dengan memeancarkan energi radiasi sebagai spektrum garis yang besar nya sama dengan perbedaan energi antara kedua tingkat energi yang bersangkutan.[12]
Dimana spektrum emisi merupakan sinar berasal dari zat yang memencarkan sinar dengan gelombang tertentu, dan tampak berupa garis-garis terpisah. Sedangkan spektrum absorbs adalah spektrum sinar yang pada bagian-bagian tertentu tidak terisi atau kosong, dan dapat terjadi bila seberkas sinar yang mengandung berbagai panjang gelombang dilewatkan ke dalam zat yang hanya menyerap beberapa gelombang. Gelombang yang tidak di serap jika dilewatkan ke dalam prisma akan menghasilkan spektrum absorpsi[13].
Hal ini memunculkan sejumlah deret garis yang dinamakan dengan nama penemunya[14].




Tabel 2.3 Menunjukkan Deret Spektrum Atom Hidrogen
Nama Seri
Daerah Spektrum
Lyman (1915)
Ultra-violet
Balmer (1885)
Tampak
Paschen (1986)
Inframerah dekat
Brackett (1922)
Inframerah
Plund (1925)
Inframerah jauh

Spektrum emisi atom hidrogen bebas dalam keadaan tereksitasi ternyata terdiri atas beberapa set garis-garis spektrum yaitu satu set dalam daerah UV (ultra-violet), satu set dalam daerah tampak (visible) dan beberapa set dalam daerah inframerah dari spektrum elektro magnetik seperti ditunjukkan oleh gambar spketrum ini diperoleh bila cahaya pucat kebiruan dari gas hidrogen yang dipijarkan (artinya, teratomisasi) dilewatkan pada sebuah prisma gelas.

2.4    Teori Atom Bohr
Seorang fisikawan Denmark, Neils Bohr pada tahun 1913 mengemukakan sebuah teori atom yang dikenal dengan nama teori atom Bohr yang berbunyi:
”elektron-elektron hanya menempati orbit-orbit tertentu disekitar inti atom, yang masing-masing terkait sejumlah energi kelipatan dari suatu nilai kuantum dasar”[15]
Menurutnya atom ternyata mirip dengan sistem planet mini, dengan elektron-elektron mengitari inti atom seperti halnya planet-planet mengitari matahari. Dengan alasan yang sama bahwa sistem tata surya tidak runtuh karena tarikan gravitasi antara matahari dan tiap planet, atom juga tidak runtuh karena tarikan elektron statik Coulomb antara inti atom dan tiap elektron[16].
Selanjutnya, Bohr juga berhasil menjelaskan terjadinya spektrum yang bersifat diskrit. Dimana diskrit merupakan peristiwa elektron dalam atom yang hanya dapat bergerak dalam lintasan-lintasan tertentu. Bohr mempostulatkan bahwa gelombang elektromagnetik alam dipecahkan bila elektron berpindah dari orbit yang berenergi lebih tinggi ke orbit yang berenergi lebih rendah. Sebaliknya, elektron dapat berpindah ke orbit yang energinya lebih tinggi bila mendapat energi dari gelombang elektromagnetik dari luar. Karena orbit bersifat diskrit, maka energi yang muncul dari spektrum dari spektrum atom hidrogen juga diskrit. Ini menjawab teka-teki yang tak dapat dijawab oleh model atom Rutherford.

2.5    Aplikasi Teori Atom Bohr
Manfaat dan aplikasi dari model atom Bohr dalam kehidupan sehari-hari adalah :
2.5.1        Berkaitan dengan gaya tarik memberikan gaya sentripetal yaitu mengenai Coulumb. Yang aplikasinya dalam kehidupan kita adalah arus yang dihantarkan oleh tenaga listrik yang dapat memberikan penerangan pada kehidupan kita
2.5.2        Bohr juga menjelaskan tentang spektrum pancar karena spektrum garis dijelaskan dalam atom hidrogen. Artinya pancaran itu dapat dikatakan sebagai cahaya. Cahaya yang dijelaskan pada Bohr adalah sebagai spektrum garis yang dapat memancarkan cahaya-cahaya. Misalnya dalam kehidupan kita yaitu terjadinya loncatan api listrik dalam tabung berisi uap suatu zat, dengan mengikuti proses yang ada maka garis cahaya yang nampak itu berwarna biru-hijau dan diterapkan dalam kehidupan kita untuk lampu hijau lalu lintas
2.5.3        Dalam spektrum garis ada kaitan dengan ultra violet yaitu dimana ultra violet memancarkan radiasi, seperti inframerah yang contohnya pada Handphone.


2.6    Kelemahan Teori Atom Bohr
Model atom Bohr dapat menjelaskan kestabilan atom dan spektrum atom hidrogen. Akan tetapi, model ini mempunyai kelemahan, antara lain:
2.6.1        Model atom Bohr hanya dapat menjelaskan spektrum atom hidrogen secara akurat, tetapi gagal menjelaskan spektrum atom yang lebih kompleks.
2.6.2        Asumsi bahwa elektron mengelilingi inti dalam orbit melingkar tidak sepenuhnya benar karena orbit yang berbentuk elips dimungkinkan.
2.6.3        Model atom Bohr tidak dapat menjelaskan adanya garis-garis halus pada spektrum atom hidrogen. Hal ini dikarenakan Bohr menganggap elektron hanya sebagai partikel. Teori atom selanjutnya menggunakan sifat dualisme elektron, yaitu elektron sebagai partikel dan elektron sebagai gelombang. Sifat ini menyebabkan posisi elektron dalam atom tidak dapat ditentukan dengan pasti akan tetapi merupakan keboleh jadian.Teori atom Bohr tidak dapat menjelaskan adanya modifikasi pengaruh medan magnet dalam atom hidrogen.

2.7    Teori Atom Mekanika Gelombang
Jika satu garis spektrum hidrogen diperhatikan dengan cermat ternyata terdiri atas garis-garis kecil yang sangat berdekatan. Fakta ini tidak dapat dijelaskan oleh Bohr dan merupakan kelemahan teorinya. Kemudian para ahli berupaya mendapatkan teori yang lebih meyakinkan. Perhatian diarahkan pada sifat khusus partikel, seperti foton, elektron, dan neutron. Akhirnya melahirkan teori atom mekanika gelombang.
Ada beberapa teori yang dikemukakan oleh para ilmuwan mengenai model atom mekanika gelombag ini, yaitu:
v  Max Planck, menyatakan bahwa gelombang electromagnet harus dipandang sebagai gelombang dan partikel
v  Louis de Brougli, menyatakan bahwa electron tidak memiliki lintasan tertentu dan menempati jarak-jarak tertentu dari inti atom. Gerakan materi adalah suatu gerakan gelombang, dengan demikian elektron yang merupakan materi juga merupakan gerakan gelombang
v  Warner Heisenberg, menyatakan bahwa tidak mungkin menentukan kecepatan sekaligus posisi elektron dalam ruang, yang dapat ditentukan adalah kebolehjadian menemukan elektron pada jarak tertentu dari inti atom
v  Erwin Scrodinger, berhasil merumuskan persamaan untuk menggambarkkan elektron pada atom dengan mnggunakan model atom modern. Model ini menyatakan bahwa elektro-elektron dalam atom mengelilingi inti atom pada tingkat energy tertentu.[17]
Hukum-hukum fisika klasik sering dianggap sebagai kebenaran yang bersifat universal. Dalam fisika klasik, sifat-sifat fisika dapat diramalkan dengan pasti.Akan tetapi, hukum fisika klasik ini memiliki masalah dengan eksperimen kuantum, yaitu kecenderungan yang tampaknya tidak dapat dihindari manusia ketika mempengaruhi situasi dan kecepatan partikel yang begitu kecil. Hal ini terjadi hanya pada pengamatan partikel saja dan membuat para fisikawan kuantum frustasi.
Selama tahun 1920-an melalui suatu percobaan hipotesis Niels Bohr dan Werner Heisenberg berusaha menentukan sampai berapa jauh kecepatan yang dapat diperoleh dalam penentuan sifat-sifat partikel sub-atomik. Dalam percobaan hipotesisnya, mereka menggunakan variabel x sebagai kedudukan partikel dan variabel p sebagai momennya. Kesimpulan dari percobaan hipotesis ini adalah bahwa dalam pengukuran kecepatan dan kedudukan partikel sub-atomik selalu terdapat ketidakpastian atau dengan kata lain “Tidak mungkin dapat ditentukan kedudukan dan momentum suatu benda secara seksama pada saat bersamaan, yang dapat ditentukan adalah kebolehjadian menemukan elektron pada jarak tertentu dari inti atom”.
 Persamaan yang dikenal dengan prinsip ketidakpastian Heisenberg ini begitu penting sebab persamaan ini memperlihatkan bahwa kedudukan dan momen suatu partikel tidak dapat diukur dengan ketepatan tinggi sekaligus. Gerakan lintasannya pun tidak dapat diramalkan dengan pasti.[18]
Penemuan prinsip ketidakpastian oleh Heisenberg ini memunculkan suatu teori baru mengenai model atom, yakni model atom mekanika gelombang. Model atom mekanika gelombang dikembangkan oleh Erwin Schrodinger (1926). Berdasarkan prinsip ketidakpastian Heisenberg, terdapat suatu daerah ruang di sekitar inti dengan kebolehjadian untuk mendapatkan elektron yang disebut dengan orbital. Bentuk dan tingkat energi orbital dirumuskan oleh Erwin Schrodinger. Erwin Schrodinger memecahkan suatu persamaan untuk mendapatkan fungsi gelombang untuk menggambarkan batas kemungkinan ditemukannya elektron dalam tiga dimensi.
2.7.1          Ciri khas model atom mekanika gelombang
2.7.1.1.     Gerakan elektron memiliki sifat gelombang, sehingga lintasannya  tidak stasioner seperti model Bohr, tetapi mengikuti penyelesaian kuadrat fungsi gelombang yang disebut orbital (bentuk tiga dimensi dari kebolehjadian paling besar ditemukannya elektron dengan keadaan tertentu dalam suatu atom).
2.7.1.2.     Bentuk dan ukuran orbital bergantung pada harga dari ketiga bilangan kuantumnya. (Elektron yang menempati orbital dinyatakan dalam bilangan kuantum tersebut).    
2.7.1.3.     Posisi elektron sejauh 0,529 Amstrong dari inti H menurut Bohr bukannya sesuatu yang pasti, tetapi boleh jadi merupakan peluang terbesar ditemukannya elektron.

2.7.2               Orbital Atom dalam Mekanika Gelombang
Istilah orbital atom dapat secara langsung merujuk pada daerah tertentu pada sekitar atom yang ditentukan oleh fungsi matematis kemungkinan penemuan elektron didaerah tersebut. Secara spesifik, orbital atom menyatakan keadaan-keadaan kuantum yang mungkin dari suatu elektron dalam sekumpulan elektron di sekeliling atom. Kita dapat menganalogikan orbital atom ini seperti planet yang mengelilingi matahari. Namun bila beranalogi menggunakan planet mengelilingi Matahari, elektron tidak dapat digambarkan sebagai partikel padat, sehingga orbital atom pula tidak akan menyerupai lintasan revolusi planet. Orbital atom dapat dianalogikan lebih akurat dengan cara mengilustrasikan atmosfer dan planet dimana atmosfer (sebagai elektron) yang berada di sekeliling planet kecil (sebagai inti atom).
Orbital atom dengan persis menggambarkan bentuk geometri atmosfer ini hanya ketika terdapat satu elektron yang ada dalam atom. Ketika elektron yang lebih banyak ditambahkan pada suatu atom, elektron tambahan tersebut cenderung mengisi volume ruang di sekeliling inti atom secara merata sehingga kumpulan elektron (kadang-kadang disebut "awan elektron") tersebut umumnya cenderung membentuk daerah probabilitas penemuan elektron yang berbentuk bola.
Gambar 2.7 (a) : Gambar Orbital Elektron Dalam Mekanika Gelombang

Orbital-orbital pada gambar di atas disusun seiring dengan meningkatnya energi.Perhatikan bahwa orbit atom adalah fungsi dari tiga variabel (dua variabel sudut, dan satu variabel jari-jari r). Penggambaran di atas adalah sesuai dengan komponen sudut orbital, namun tidaklah sepenuhnya dapat mewakili keseluruhan bentuk orbital yang ada.
Gagasan bahwa elektron dapat berevolusi di sekeliling inti atom dengan momentum sudut yang pasti diargumenkan dengan penuh keyakinan oleh Niels Bohr pada tahun 1913, dan fisikawan Jepang Hantaro Nagaoka pun telah mempublikasi hipotesis perilaku orbit elektron seawal tahun 1904.Namun adalah penyelesaian persamaan Schrodinger pada tahun 1926 untuk gelombang elektron pada atom yang memberikan fungsi matematis orbital atom modern.
Oleh karena itu, berbeda dengan "orbit" mekanika klasik, istilah "orbit" elektron pada atom digantikan dengan istilah orbital, yang diciptakan oleh kimiawan Robert Mulliken pada tahun 1932.Orbital atom umumnya dideskripsikan sebagai fungsi gelombang dengan bilangan kuantumn, l, m yang berkorespondensi dengan energi, momentum sudut, dan arah momentum sudut pasangan elektron secara berurutan.Setiap kombinasi tiga bilangan kuantum n, l, m dan berkaitan denganorbital elektron yang berbeda-beda. Semua orbital yang mempunyai nilai bilangan kuantum n yang sama, dikatakan berada dalam kulit elektron utama atau peringkat utama yang sama dan semua orbital yang mempunyai nilai l yang sama dikatakan berada dalam sub kulit atau sub peringkat yang sama. Tiap-tiap orbital (ditentukan oleh sehimpunan bilangan kuantum yang berbeda) yang secara maksimal hanya dapat menampung dua elektron ini memiliki nama klasik s,p,d, dan f. Nama-nama ini berasal dari karakteristik yang terpantau pada garis spektroskopi masing-masing, yakni sharp, principal, diffuse, dan fundamental. Nama orbital setelah orbital f dinamakan secara alfabetis mulai dari g. Setiap jenis orbital memiliki bentuk geometri yang khas. Berikut penjelasan untuk tiap jenis orbital:     
2.7.2.1 



Orbital yang paling sederhana adalah orbital s dimana pada setiap subkulit s terdiri atas 1 buah orbital yang berisi 2 elektron. Orbital s berbentuk bola simetri yang menunjukkan bahwa elektron memiliki kerapatan yang sama, jika jarak dari inti atom juga sama. Ukuran orbital atom dipengaruhi oleh besarnya nilai bilangan kuantum utama, yaitu semakin besar nilai bilangan kuantum utamanya, maka ukuran orbital atomnya juga semakin besar. 
Gambar 2.7 (b) : Gambar Bentuk Orbital S
2.7.2.2  Orbital p berbentuk seperti balon terpilin. Kepadatan elektron tidak tersebar merata, melainkan terkonsentrasi dalam dua daerah yang terbagi sama besar dan terletak pada dua sisi berhadapan dari inti yang terletak di tengah. Subkulit p terdiri atas 3 orbital dan tiap orbital bentuknya sama. Hanya saja meskipun memiliki bentuk yang sama, ketiganya memiliki arah orientasi yang berbeda.





Gambar 2.7 (c) : Gambar Orbital Atom Bentuk P

2.7.2.3 



Orbital d memiliki 5 orbital dengan bentuk yang kompleks dan orientasi yang berbeda. Empat orbital memiliki bentuk yang sama, sementara satu orbital bentuknya berbeda. Keempat orbital tersebut mempunyai kepadatan elektron yang bentuknya sama tetapi memiliki perbedaan pada arah berkumpulnya kepadatan elektron. Sementara satu orbital lagi bentuknya berbeda dari yang keempat orbital sebelumnya, namun energi yang dimiliki oleh orbital ini sama dengan keempat orbital tersebut.
Gambar 2.7 (d) : Gambar Orbital Bentuk D
2.7.2.4  Orbital f memiliki bentuk orbital yang lebih rumit dan lebih kompleks dibandingkan orbital s, p dan d. Setiap subkulit f mempunyai 7 orbital dengan energi yang setara. Orbital f ini hanya digunakan untuk unsur-unsur transisi yang letaknya lebih dalam.


Gambar 2.7 (e) : Gambar Orbital Atom Bentuk F






2.7.3             Prinsip eksklusi dan Konfigurasi Elektron
Konfigurasi elektron menggambarkan susunan elektron dalam atom. Dalam menentukan konfigurasi elektron suatu atom, ada 3 aturan yang harus dipertimbangkan dalam penentuan konfigurasi elektron suatu atom dan prinsip ini berlaku untuk bermacam-macam unsur, yaitu : Aturan Aufbau, Aturan Pauli, dan Aturan Hund.
2.7.3.1  Aturan Aufbau
Pengisian orbital dimulai dari tingkat energi yang rendah ke tingkat energi yang tinggi. Elektron mempunyai kecenderungan menempati terlebih dulu subkulit yang energinya rendah. Besarnya tingkat energi dari suatu subkulit dapat diketahui dari bilangan kuantum utama (n) dan bilangan kuantum azimuth (l) dari orbital tersebut. Orbital dengan harga (n + l) lebih besar mempunyai tingkat energi yang lebih besar. Jika harga (n + l) sama, maka orbital yang harga n-nya lebih besar mempunyai tingkat energi yang lebih besar. Urutan energi dari yang paling rendah ke yang paling tinggi sebagaimana diagram yang dibuat oleh Mnemonik Moeler adalah sebagai berikut:



1s < 2s < 2p < 3s < 3p < 4s < 3d < 4p < 5s < 4d < 5p < 6s < 4f < 5d ….
Gambar 2.7 (f) : Diagram Mnemorik Moeler
2.7.3.2  Aturan Pauli (Eksklusi Pauli)
Aturan ini dikemukakan oleh Wolfgang Pauli pada tahun 1926. Yang menyatakan “Tidak boleh terdapat dua elektron dalam satu atom dengan empat bilangan kuantum yang sama”. Aturan Pauli dikenal juga dengan prinsip eksklusi. Pauli menemukan prinsip eksklusi ini ketika ia mempelajari spektrum atomik. Kita bisa menentukan berbagai keadaan sebuah atom dari spektrumnya, dan bilangan kuantum keadaan ini dapat di cari. Dalam spektrum setiap unsur selai hidrogen, tidak terdapat sejumlah garis. Garis ini bersesuaian dengan transisi dari dan keadaan yang memiliki kombinasi bilangan kuantum tertentu.  Jadi, dalam helium tidak teramati dari dan ke konfigurasi  keadaan dasar dengan kedua spin elektron berarah sama sehingga menghasilkan spin total 1, walaupun transisi dari dan ke konfigurasi keadaan dasar dengan spin elektron berlawanan sehingga spin totalnya nol, teramati. Pada keadaan yang tidak mungkin, bilangan kuantum kedua elektron harus sama dengan n = 1, l = 0, Ml = 0, dan Ms = ½ , sedangkan dalam keadaan yang mungkin ada, satu elektron memiliki Ms = ½ dan yang lainnya Ms = - ½ . Pauli menunjukan setiap keadaan atomic yang tidak teramati mengandung dua atau lebih elektron dengan bilangan kuantum yang identik, dan prinsip eksklusi merupakan pernyataan dari hasil eksperimen tersebut[19]
Orbital yang sama akan mempunyai bilangan kuantum n, l, dan m yang sama tetapi yang membedakan hanya bilangan kuantum spin (s). Dengan demikian, setiap orbital hanya dapat berisi 2 elektron dengan spin (arah putar) yang berlawanan. Jadi, satu orbital dapat ditempati maksimum oleh dua elektron, karena jika elektron ketiga dimasukkan maka akan memiliki spin yang sama dengan salah satu elektron sebelumnya.
Contoh :
Pada orbital 1s, akan ditempati oleh 2 elektron, yaitu :
Elektron Pertama à n=1, l=0, m=0, s= +½
Elektron Kedua à n=1, l=0, m=0, s= – ½
Hal ini membuktikan bahwa walaupun kedua elektron mempunyai n, l dan m yang sama tetapi mempunyai spin yang berbeda. 
2.7.3.3  Aturan Hund
Aturan ini dikemukakan oleh Friedrick Hund  pada tahun 1930 yang menyatakan bahwa “elektron-elektron dalam orbital-orbital suatu subkulit cenderung untuk tidak berpasangan”. Elektron-elektron baru berpasangan apabila pada subkulit itu sudah tidak ada lagi orbital kosong. Untuk memperlihatkan penyebaran elektron-elektron pada orbital-orbital dalam suatu subkulit, konfigurasi elektron dituliskan dalam bentuk diagram orbital. Suatu orbital digambarkan dalam bentuk kotak, sedangkan elektron yang menghuni orbital digambarkan dengan dua anak panah yang berlawanan arah.Jika orbital hanya mengandung satu elektron, maka anak panah yang ditulis mengarah ke atas. Dalam menerapkan aturan hund, maka kita harus menuliskan arah panah ke atas terlebih dahulu pada semua kotak, baru kemudian diikuti dengan arah panah ke bawah jika masih terdapat elektron sisanya.


BAB III
PENUTUP
3.1         Kesimpulan
Atom merupakan sebuah materi yang paling kecil. Didalamnya terdapat inti atom dan dibagian luarnya terdapat electron. Elektron ditarik oleh proton pada inti atom. Sebagaimana firman Allah bahwa segala sesuatu yang diciptakan berpasang-pasangan, begitu halnya pula dengan atom. Beberapa ilmuwan turut mengemukakan teori tentang atom, diantaranya John Dalton (1805), kemudian dilanjutkan oleh Thomson (1897), Rutherford (1911), dan disempurnakan oleh Bohr (1914).
Setiap unsure mempunyai spectrum atom. Secara umum spektrum atom adalah berkas cahaya yang dipancarkan oleh suatu atom. Alat spektroskopi mempermudah para ilmuwan untuk mempelajari unsur-unsur dan spektrumnya. Spektrum atom yang paling banyak dikaji adalah spektrum atom hidrogen. Cahaya dari lampu hidrogen tampak oleh mata sebagai warna ungu kemerahan.
Neils Bohr mengemukakan bahwa elektron-elektron hanya menempati orbit-orbit tertentu disekitar inti atom, yang masing-masing terkait sejumlah energi kelipatan dari suatu nilai kuantum dasar. Manfaat dan aplikasi dari model atom Bohr dalam kehidupan sehari-hari salah satunya arus yang dihantarkan oleh tenaga listrik.
3.2         Saran
Dalam penulisan makalah, penulis mengalami kesulitan terutama dalam mendapatkan referensi dan memahami bahasa buku referensi tersebut. Sehingga informasi yang didapat kurang disampaikan secara maksimal dalam makalah ini. Sebaiknya, pembaca juga mencari referensi lain untuk menambah wawasan yang lebih banyak.



[1] Sannah dkk, Pengembangan LKS, FKIP Universitas Lampung, Lampung, 2013, h.3
[2] Fitri Refelita, Kimia Dasar 1, Cadas Press, Pekanbaru, 2011, h.6
[3] AA Setyawati, Mengkaji Fenomena Alam, Kemdikbud, Jakarta, 2009, h.8
[4] Tan I.G, Fisika Modern, Kemdikbud, Jakarta, 1999, h. 29
[5] Michael Purba, Kimia Untuk SMA, Erlangga, Jakarta, 2007, h.4
[6] Tim Penulis, Tuntutas Universitas, Graha Pustaka, Jakarta Selatan, h.9
[7] Harun Yahya, Keajaiban pada Atom, Dzikra, Bandung, 2003, h.45
[8] Tim Penulis, Op.Cit, h. 10
[9] Eko Prasetryo, 2007 , “Identifikasi Unsur-Unsur Berdasarkan Spektrum Emisi Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan”, Jurnal Sains & Matematika (JSM)  Volume 15 Nomor 1, Januari, h.9
[10] Chang Raymond, Kimia Dasar Jilid 1, Erlangga, Jakarta, 2005, h.276-277
[11] S Syukri, Kimia Dasar 1, ITB, Bandung, 2009, h.125-126
[12] Suyanti Dwi Retno, 2011, “Efektifitas Paktiku Multimedia Struktur Atom dalam Mengatasi Miskonsepsi Kimia Anorganik Mahasiswa”, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Vol 17 Nomor 5, September, h.556
[13] S Syukri Op.Cit., h.127
[14] Sukardjo, Kimia Fisika, Rineka Cipta, Jakarta, 2004, h.465
[15] John Gribbin, Fisika Kuantum, Erlangga, Jakarta, 2003
[16] Kenneth Krane, Fisika Modern, Universitas Indonesia, Jakarta, 1992, h.244
[17] Agustin Dwi, Kupas Tuntas 1001 Kimia, Pustaka Widya Tama, Jakarta, 2012, h. 2
[18] Ralp H, Petruci, 1987, Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern, Erlangga, Jakarta, h.126
[19] http://ekomuhtar.blogspot.com/2011/11/prinsip-eksklusi.html

DAFTAR PUSTAKA
Dwi Retno, Suryanti.2011. “Efektifitas Paktikum Multimedia Struktur Atom dalam Mengatasi Miskonsepsi Kimia Anorganik Mahasiswa”. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Vol 17 Nomor 5. September.h.556
Dwi, Agustin.2012.Kupas Tuntas 1001 Kimia.Jakarta: Pustaka Widya Tama
Gribbin, John.2003.Fisika Kuantum. Jakarta: Erlangga
Harun,Yahya.2003.Keajaiban pada Atom.Bandung: Dzikra
I.G, Tan.1999. Fisika Modern. Jakarta: Kemdikbud
Krane,Kenneth.1992.Fisika Modern.Jakarta: Universitas Indonesia
Petruci, Ralp H 1987. Kimia DasarPrinsip dan Terapan. Jakarta : Erlangga
Prasetyo,Eko.2007. “Identifikasi Unsur-Unsur Berdasarkan Spektrum Emisi Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan”.Jurnal Sains & Matematika (JSM)  Volume 15 Nomor 1.Januari.h.9
Purba, Michael.2007.Kimia Untuk SMA. Jakarta: Erlangga
Raymond, Chang.2005.Kimia Dasar Jilid 1.Jakarta: Erlangga
Refelita, Fitri.2011.Kimia Dasar 1. Pekanbaru: Cadas Press
Sannah dkk.2013.Pengembangan LKS.Lampung: FKIP Universitas Lampung
Setyawati, AA.2009.Mengkaji Fenomena Alam. Jakarta: Kemdikbud, Jakarta
Sukardjo.2004.Kimia Fisika. Jakarta: Rineka Cipta
Syukri, S.1999. Kimia Dasar 1, ITB, Bandung,
Tim Penulis.Tuntutas Universitas. Jakarta Selatan: Graha Pustaka